Selasa, 17 Juni 2008

KASUS MONAS DAN PENGALIHAN ISU BBM


Keywords: Bahan bakar minyak, kasus monas, pengalihan isu, firebreaking,


Di tengah maraknya aksi mahasiswa dan masyarakat menolak kenaikan BBM kita digemparkan dengan peristiwa monas. Serentak peristiwa ini menyedot perhatian media massa dan public. Pelbagai pihak termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengecam peristiwa ini dan menuntut supaya pelaku dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku. Demo menuntut pembubabaran FPI pun merebakl di mana mana.

Hemat saya kasus ini menarik dan memunculkan pelbagai persepsi yang miring. Salah satunya adalah kasus ini sengaja diciptakan oleh pihak tertentu untuk mengalihkan perhatian masyarakat dan mahasiswa dari topik yang lagi hangat sekarang ini yakni penolakan kenaikan BBM, BLT dan kasus UNAS.

Apa pun alasannya persoalan kenaikan BBM merupakan persoalan yang sangat penting, karena menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama orang miskin yang mencakup setengah jumlah penduduk Indonesia. Kenaikan BBM telah menyengsarakan rakyat, menambah berat beban hidup sebagian besar rakyat Indonesia. Itulah sebabnya banyak rakyat dan mahasiswa yang turun ke jalan untuk menolak kebijakan pemerintah tersebut.

Namun demo mahasiswa dan masyarakat pun dikecam pemerintah. Katanya berbeda pendapat boleh saja tetapi harus disampaikan dengan cara yang tepat, tidak perlu harus demo di jalanan. Apalagi penolakan kebijakan kenaikan BBM bisa menjadi bumerang bagi SBY-JK dalam pilpres 2009

Pemerintah memang di satu sisi tidak ingin menaikan BBM tetapi di sisi lain harga minyak dunia yang terus menaik dan upaya menyelamatkan defisit APBN terpaksa BBM harus dinaikkan. Sementara masyarakat tidak setuju dengan kenaikan BBM, karena menyengsarakan masyarakat dan berakibat pada kenaikan harga bahan pokok dan kemiskinan meningkat.

Dua kutub kepentingan yang berbeda ini beradu di media massa. Wacana tuntutan masyarakat dan kebijakan pemerintah menjadi grand isu di media massa. Pemerintah disibukkan dengan aksi masayarakat akibat efek lanjut kenaikan BBM. Tentu hal ini membuat pemerintah tidak nyaman, apalagi penolakan kenaikan BBM bukan hanya dari mahasiswa dan masyarakat tapi juga dari kalangan politisi, yang bukan tidak mungkin akan menjadikan kasus ini sebagai senjata untuk menjegal SBY-JK dalam pilpres 2009. Sehingga memunculkan upaya untuk mengalihkan isu.

Isu pun sempat digiring ke kasus UNAS yang lebih menyoroti tindak kriminal dan pelanggaran HAM yang dilakukan mahasiswa dan polisi. Juga isu demo mahasiswa yang dibiayai oleh pihak ketiga. Namun belum berhasil membuyarkan perhatian masyarakat dan mahasiswa dari isu kenaikan BBM. Kasus monas hemat saya merupakan bagian dari upaya untuk meredam kamarahan masayarakat terkait kenaikan BBM, karena masyarakat dialihkan perhatiannya pada tindakan brutal anggota FPI terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama. Akhirnya sekarang isu Monas lebih banyak dibicarakan masyarakat dan lupa soal BBM.

Ada beberapa alasan: satu, ketika kerusuhan terjadi aparat keamanan tidak sigap mengatasi peristiwa ini yang berakibat banyak korban gegar otak, memar dan terluka parah. Padahal hemat saya polisi bisa saja menciduk pelaku pada saat itu setelah melihat tindakan kriminal anggota FPI. Kedua, selang waktu antara kejadian dan upaya polisi mengusut kejadian tersebut cukup lama, padahal pihak kepolisian sudah berencana mengusut kajadian ini sesudah kejadian tersebut. Bahkan Presiden sudah ber-statement keras pasca kejadian itu untuk mengusut tuntas aksi brutal FPI. Akibatnya Munarman, panglima laskar, lolos dan sekarang jadi buronan polisi. Dua hal di atas menunjukan sikap pemerintah yang membiarkan isu tersebut bergolak dimasyarakat. Sehingga di satu sisi bisa melupakan isu BBM.

Dalam ilmu strategi kehumasan istilah pengalihan isu ini disebut fire breaking,*) yakni upaya menggeser pusat perhatian pada isu lain. Media massa sangat berperan penting dalam hal ini. Teori media massa seperti agenda setting mengatakan bahwa media massa mampu merumuskan isu yang bisa menjadi public opinion. Isu-isu yang diangkat media massa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan opini publik.

Oleh karena itu, sebagai mahasiswa dan masyarakat kita harus jeli memperhatikan isu media massa. Karena seringkali media mengaburkan perhatian masayarakat dari isu pokok, seperti pada kasus dugaan korupsi yang dilakukan oleh tokoh orba Ginanjar Kartasasmita*). Pemberitaan media pun seolah-olah menempatkan Ginanjar sebagai tokoh yang teraniaya, bukan pada aspek korupsi yang menimpannya. Kita jangan sampai terpengaruh dengan munculnya isu-isu baru, yang meskipun harus kita sikapi juga. Sehingga kita tetap konsisten pada perjuangan kita.

* lihat Redi Panuju, Relasi Kuasa, Pertarungan Memenangkan Opini Public dan Peran Dalam Transformsi Social, Pusataka pelajar, Yogyakarta, 2002, hal. 22-23.

Tidak ada komentar: